Select Country
Select Country

5 Wisata Religi di Banten yang Anti-Mainstream

Halo Teman OYO, kalau kamu punya libur sehari atau pas weekend saja, pas banget nih kalau kamu datang ke Banten. Provinsi ini dikenal dengan cerita sejarah dan religinya. Di provinsi yang berdiri pada tanggal 17 Oktober 2000 ini terdapat Kesultanan Banten yang mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, yaitu pada tahun 1651-1682.

Nah, bagi kamu yang juga suka berwisata sejarah dan religi, ada Kawasan Wisata Banten Lama yang merupakan peninggalan Kesultanan Banten. Jaraknya hanya sekitar 12 km dari Gerbang Tol Serang Timur untuk menuju Kecamatan Kasemen tempat kawasan wisata ini berada.

Setelah sampai kamu bisa langsung mengeksplorasi 5 tempat wisata yang bisa meningkatkan pengetahuan kamu. Jadi, bukan hanya seru-seruan jalan-jalan saja, tapi kamu juga akan mendapatkan hal yang lebih bermanfaat. Yuk, simak ulasannya berikut ini! 

Masjid Agung Banten

Kemegahan Masjid Agung Banten yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin antara tahun 1552-1570 ini telah lama menjadi objek wisata religi bagi orang-orang di seluruh daerah di Indonesia, terutama bagi masyarakat Banten. Mereka datang untuk berziarah ke Makam Sultan Maulana Hasanuddin yang merupakan Sultan Banten pertama.

Hampir setiap hari di masjid ini selalu ada saja peziarah yang datang ke makam Sultan Maulana Hasanuddin dan keluarganya, apalagi saat weekend akan lebih banyak lagi. Setelah berziarah, kamu juga bisa sekalian bersantai di lingkungan masjidnya yang sudah dilengkapi dengan payung-payung besar seperti di Masjid Nabawi, Mekkah dan juga ada taman-taman yang cantik. 

Teman OYO, Masjid Agung Banten ini dibangun oleh tiga orang arsitek lho, yaitu Raden Sepat dari Kerajaan Majapahit, Tjek Ban Tjut dari Cina, serta Hendrik Lucaz Cardeel dari Belanda. Nggak heran, arsitektur masjid ini cukup unik karena didesain dengan perpaduan budaya Jawa, Hindu, Eropa, dan juga Cina. Atap masjidnya bertumpuk lima menyerupai Pagoda Cina.

Bertumpuknya atap masjid ini merujuk pada lima waktu salat, yaitu Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya. Sementara itu, pintu-pintunya dibuat lebih rendah sehingga saat akan masuk ke dalam masjid, kamu harus menundukkan kepala. Hal ini dimaksudkan agar kamu selalu merendahkan hati ketika akan beribadah dan tidak menyombongkan diri di hadapan Allah SWT. 

Keunikan lainnya terlihat dari menara masjid yang tingginya sekitar 24 meter. Kalau kamu mau lihat pemandangan sebagian daerah Banten, kamu bisa naik ke menaranya. Namun, kamu harus berhati-hati ya karena tangganya cukup sempit, seukuran badan orang dewasa. Kamu harus naik atau turun secara bergantian dengan wisatawan yang lainnya. 

Keraton Surosowan

Di dekat Masjid Agung Banten, ada Keraton Surosowan yang dibangun sekitar 1522-1526 di masa pemerintahan Maulana Hasanuddin. Beliau adalah pendiri Kesultanan Banten. Keraton ini dulunya berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan keluarga, beserta pengikutnya. Selain itu, keraton ini juga menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Banten. Keraton Surosowan memiliki tiga gerbang masuk; di sebelah  timur, utara, dan selatan.

Hal yang unik dari keraton ini adalah di bagian tengahnya terdapat sebuah kolam dengan panjang 30 meter dan lebar 13 meter. Kolam yang diberi nama Bale Kambang Rara Denok ini dulu biasa digunakan sebagai tempat beristirahat putri-putri sultan.

Keraton Surosowan mengalami kehancuran yang dilakukan oleh Belanda pada tahun 1680, yaitu pada saat pemerintahan Sultan Haji. Keraton ini kemudian dibangun kembali dengan dinding berupa benteng setinggi 2 meter dengan lebar 5 meter agar dapat memperkecil dampak serangan Belanda.

Sayangnya, Keraton Surosowan dihancurkan lagi oleh Belanda pada tahun 1813. Penghancuran ini dikarenakan Sultan menolak pembangunan Jalan Anyer – Panarukan. Akhirnya, kejadian ini membuat Sultan dan keluarganya meninggalkan keraton.

Sekarang, keraton ini didekorasi dengan tampilan yang menarik, banyak kursi-kursi taman yang disediakan di sekeliling keraton Jadi, sambil melihat sisa-sisa bangunan keraton, kamu juga bisa sambil menikmati camilan dan minuman yang kamu bawa.

Museum Situs Kepurbakalaan Banten

Masih dalam satu wilayah, di depan Keraton Surosowan ada Museum Situs Kepurbakalaan Banten. Di bagian depan museum ada Meriam Ki Amuk yang merupakan pemberian Sultan Trenggana kepada pengusaha Banten baru sebagai tanda penghargaan atas hasil yang telah dicapai. Tradisi lain menyebutkan bahwa meriam ini merupakan hadiah dari Sultan Demak kepada Sultan Maulana sewaktu menikah dengan putrinya. 

Nampaknya, museum ini adalah inti dari semua sejarah yang ada di Banten karena di dalamnya banyak penjelasan sejarah tentang pemugaran Benteng Speelwijk, pemugaran Keraton Kaibon, pemugaran Keraton Surosowan, sejarah Kesultanan Banten, dan sejarah Banten Lama masa awal.

Selain itu, terdapat juga  miniatur kotak galinya juga lho. Ada juga sejarah Debus yang merupakan bagian dari sejarah Banten Lama. Dijelaskan bahwa permainan ini mulai dikenal pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin. Pada saat itu peranan kesenian tradisional debus adalah sebagai prasarana untuk membangkitkan semangat para pejuang dan Banten dalam melawan penjajah Belanda. 

Keraton Kaibon

Ketika akan memasuki Kawasan Wisata Banten Lama, Keraton Kaibon inilah yang akan pertama kali kamu lihat. Tempatnya tidak jauh dari Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten, berjarak 1 hingga 2 km. Di sini, kamu bisa mampir sebentar untuk melihat sisa-sisa kemegahan keraton.

Kaibon sendiri berarti keibuan, di mana keraton ini dibangun untuk Ibunda Sultan Syafiudin yang bernama Ratu Aisyah. Saat itu, Sultan Syafiuddin sebagai Sultan Banten yang ke-21 masih sangat muda untuk memegang tampuk kepemimpinan. Oleh karenanya, dibangun keraton selayaknya seperti seorang ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang yang selalu menjaga anaknya.

Keraton yang terletak  di Kampung Kroya, Kecamatan Kasemen ini dibangun pada tahun 1815. Namun, pada tahun 1832 keraton ini dibongkar dan dihancurkan oleh pemerintah Hindia Belanda karena Sultan Syafiuddin pun menolak  untuk meneruskan proyek jalan Anyer – Panarukan yang diperintahkan oleh Gubernur Jendral Daendels. 

Danau Tasikardi

Nah, Teman OYO, tempat wisata terakhir ini sepertinya cocok sebagai tempat beristirahat setelah kamu berkeliling di Kawasan Wisata Banten Lama. Lokasinya sekitar 3 km dari Masjid Agung Banten. Tenang saja, ada banyak arah jalan untuk menuju Danau Tasikardi ini.

Jadi, kamu nggak akan tersesat kok. Danau Tasikardi adalah sebuah danau yang terletak di Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu. Danau buatan ini dibangun pada masa Kesultanan Maulana Yusuf  pada tahun 1570-1580. Danau ini digunakan sebagai tempat rekreasi oleh Sultan Banten beserta keluarga dan kerabatnya, terkadang digunakan juga sebagai tempat mandi oleh putri sultan. Selain itu, danau ini memiliki peran penting sebagai pemasok air ke Keraton Surosowan. Juga, sebagai pengairan bagi sawah-sawah masyarakat di sekitar keraton. 

Akan tetapi, sekarang Danau Tasikardi dijadikan tempat rekreasi dan tempat memancing. Oleh karenanya, tempat ini cocok dijadikan sebagai tujuan akhir dari perjalananmu saat liburan di Banten. Ada banyak gazebo yang bisa kamu gunakan untuk duduk-duduk sambil menyantap makanan yang kamu bawa dan menikmati suasana danau yang hijau dan teduh. Bagi kamu yang hobi mancing, kayanya seru kalau kamu sekalian membawa peralatan mancing ke sini.

Nah, itu dia 5 tempat wisata di Banten yang anti mainstream untuk dikunjungi. Nggak sekadar liburan saja, kamu bisa belajar sejarah dengan mengunjungi tempat-tempat tersebut. Jadi, liburanmu nggak akan terasa membosankan deh. 

Artikel kiriman: Yudi Rahmatullah

Comments are closed here.

Please rotate your device

Please go back to portrait mode for the best experience